0

SMILE 21

Posted by Nida Yudhistira on 8:37:00 PM in

Selasa, 1 April 2008 12.40pm (Kamar)


Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Semuanya benar-benar sudah berakhir. Bahkan Riko sama sekali tidak pernah menanyakan kabarku. Sekalipun tidak pernah sms aku.


Aku bener-benar sudah idiot. Bahkan aku masih sangat berharap kalau Riko akan meminta maaf kepadaku dan menyadari kalau tidak ada yang bisa membuat dia bahagia selain aku. Apa benar semuanya sudah berakhir sekarang? Benar-benar tidak pernah terpikirkan olehku kalau semuanya Cuma akan sia-sia seperti ini. Semua pengorbananku seperti tidak ada artinya lagi.


Dia meninggalakanku di saat aku benar-benar menyukainya. Di saat aku sedang benar-benar mengandalkannya. Sekarang, aku hanya sendiri di tempat yang sepi ini. Yang gelap dan lembab karna air mataku yang tak pernah bisa berhenti. Tidak ada yang akan menyelamatkanku. Aku akan mati dan mongering seperti ikan asin di kubanganku ini.


Rabu, 2 April 2008 03.00pm (Kamar)


Ibuku berteriak-teriak seharian ini. Setelah bapakku meninggal, kami hanya tinggal berdua. Dan suaranya membuat rumah ini terlihat seperti tempat penitipan bayi. Berisik sekali. Dia terus-terusan mondar-mandir di samping tempat tidurku. Dan mengoceh seperti burung kelaparan.


Sampai kapan kau akan seperti ini Dynda? Ayolah, keluar dari tempat tidurmu.” Katanya sambil menarik selimutku dengan kasar.


Tidak ibu. Aku ingin disini. Memangnya aku harus kemana?” Benar. Memangnya aku harus kemana? Tidak ada lagi yang harus aku lakukan selain pergi sekolah untuk mengikuti remidi. Inilah tempatku. Kubanganku.


Pergi jalan-jalan. Bukankah itu yang sering kau lakukan dengan teman-temanmu? Seharian ini Chika terus menelpon. Apa lagi yang harus ibu katakan kepadanya karna kau tidak pernah mau menerima telponnya.”


Aku tidak ingin bicara dengan sipapun. Aku juga tidak ingin kemana-mana. Biarkan aku sendiri ibu.” Aku kembali menrik selimutku. Dan menutupkan seluruh badanku. Aku benar-benar berharap ibuku akan pergi dari kamarku. Aku benar-benar ingin sendiri.


Kalau kau tidak ingin kemana-mana, setidaknya makanlah Dynda. Empat hari ini kau hanya makan beberapa suap. Apa telingamu juga sudah tuli sampai tidak bisa mendengar perutmu yang kelaparan?” Ibuku kembali menarik selimutku tapi tidak bisa karna aku menahannya dengan kecang.


Aku tidak lapar.” Jawabku datar.


Oh, Haha. Benar. Kau kan superman. Tentu saja kau jelas akan tetap hidup tanpa makan sedikitpun. Maaf ibu lupa.” Aku memutar bola mataku dari balik selimutku.


Oh yha ampun, bukankah aku lebih terlihat seperti Catwomen?”


JANGAN BERCANDA LAGI DYNDA!!! Kalau kau tidak bergerak dari tempat tidurmu untuk makan sedikit saja, ibu akan membakar tempat tidurmu!!!” Untuk sementara ini aku berharap kalau aku benar-benar tuli.


Bukankah itu berarti ibu juga akan membakarku? Ibu akan tinggal dengan siapa kalau sampai aku mati? Oh, benar ibu akan tinggal dengan banyak tahanan di penjara.”


Baiklah. Ibu tidak akan memberimu toleransi lagi. Mau tidak mau, ibu akan membawamu ke psikiater!!!” APAH???????


Aku sama sekali tidak gila ibu!!!” Aku membuka selimutku dengan cepat. Psikiater??? Siapa yang mau kesana?? Orang gilapun juga pasti tidak mau ketempat itu. Ibu yang seharusnya ke psikiater.


Oh yha? Apa kau sungguh tidak menyadarinya? Bukankah di kamarmu ada Lemari kaca super besar? Lihatlah penampilanmu, kau bahkan lebih buruk dari sekedar orang gila. Cepat mandi dan habiskan makananmu!!!” Kemudian ibuku pergi. Kenapa tidak dari tadi saja? Lagian siapa yang mau bercermin? Aku bahkan sama sekali tidak perduli denagn kondisi badanku sekarang. Tidak akan ada yang mengomentari. Kenapa sih ibu tidak mengerti perasaanku? Aku sedang patah hati. Aku sedang menderita. Dan satu-satunya yang aku inginkan cuma sendiri. Aku tidak ingin makan. Atau bahkan hanya sekedar berdandan. Pergi ke sekolahpun aku sama sekali tidak memperdulikan penampilanku. Mungkin kalau aku sakit Riko akan menyesal telah memutuskanku, dan bersedia kembali kepadaku. Jadi tidak ada alasan untuk memikirkan kondisiku.


Kenapa ibu tidak juga mengerti? Andai ibu tau bagaimana rasanya patah hati. Oups, aku salah. Jelas ibu pernah merasa patah hati. Dan pasti jauh lebih menyakitkan dari pada ini. Dan dia berusaha untuk tetap tenang. Seharusnya aku bisa seperti itu. Aku jadi merasa bersalah. Oke, aku harus makan. Kalau tidak ibu akan benar-benar memwaku ke psikiater.

|

0 Comments

Posting Komentar

NIDA MILLATY BLOG says ADA KO YANG TIDAK MUNGKIN. but Live is beautifuLL. So, Jangan pernah sia-siain hidup

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Copyright © 2009 Hidup untuk Bercerita All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.