0

SMILE 2

Posted by Nida Yudhistira on 1:12:00 PM in
Senin 16 April 2006, 11am. kelas matematika

 Aku tidak tau harus bagaimana sekarang. Aku tidak tau apa keputusan yang aku ambil ini bener atau malah salah. Tapi jujur aku berbunga-bunga banget. Dan aku tidak tau bagaimana cara menggambarkan isi hatiku yang sedang bersorak-sorak tak karuan. Sebenarnya aku bisa menulis nanti saat pulang sekolah. Karna sekarang sedang jam matematika. Tapi aku ingin menulis sekarang. Karna entah nanti saat pulang sekolah perasaanku masih meluap-luap seperti sekarang atau tidak. Masa bodohlah sama matematika.

 "Kalo kamu udah putus, aku mau ko nggantiin." HaHa. Sekarang aku punya pacar. PUNYA PACAR. Tentusaja pacar sesungguhnya. Pacar yang nyata. Dan ada di dekatku. Bukan pacar khayalan atau pacar jarak jauh seperti Adit sialan itu. Sekarang dia nyata. NYATA. Oh, ini seperti mimpi. Akan aku ceritakan.

"Hay Dyn." Riko menyapaku saat aku sedang duduk sendiri di bangku depan kelas.
"Sedang apa?" Tanyanya.
"Tidak sedang apa-apa. Hanya bosan." Jawabku.
"Boleh aku temani?" Dia memalingkan wajahnya ke arahku.
"Terserah. Lagian ini bukan bangkuku yang ku bawa dari rumah. Jadi kau berhak duduk di manapun aku mau." Kataku sedikit ketus.
"Sepertinya sedang kesal. Ada apa?"
"Riko, boleh aku bertanya sesuatu kepadamu?" Aku menoleh ke arahnya. Dan dia sedikit heran melihat mukaku yang emang aku akui mukaku pasti lagi buruk banget. Aku memang sedang sedikit frustasi.
"Kenapa melihatku seperti itu?" Sergahku.
"Mukamu aneh, seperti...."
"Seperti apa?"
"Ehm..." Bola matanya ke atas mungkin sedang berpikir.
"Seperti sedang menelan celana dalam?" Aku memotong pikirannya. Semoga dia tidak berpikir yang aneh-aneh. Tapi Riko malah tertawa.
"Tidak seburuk itu ko. Apa itu pertanyaan yang ingin kau tanyakan tadi?"
"Tentu saja bukan." Aku cemberut.
"Lantas?"
"Riko, apa semua laki-laki itu cuek?"
"Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Jawab saja!" Kataku cepat.
"Tentu saja tidak. Tidak semua laki-laki itu cuek. Mereka punya kepribadian masi-masing."
"Kalu kau? Apa kau termasuk seseorang yang mempunyai kepribadian cuek?" Aku menatapnya penasaran.
"Ehm... Aku tidak pandai menilai diriku sendiri." Jawabnya. Aku tidak percaya . Bagaimana seseorang yang tidak bisa menilai diri sendiri malah sok-sok menilai orang lain?
"Berarti kau bohong."
"Bohong apa?"
"Kalau kau sendiri tidak tau kau seperti apa. Tidak sepantasnya kau menilai orang lain."
"Tapi memang seperti itu Dynda. Tidak semua orang itu cuek. Ada yang cuek dengan sekolah tapi sangat peduli pada orang lain. Ada juga yang tidak perduli pada orang lain tapi sangat perduli pada keluarganya. Bahkan mungkin ada yang cuek pada pacarnya sendiri padahal dia sanagat menyayangi pacarnya." Aku melotot. Mulutku terbuka sedikit. Aku mau menagis mendengar kalimat terkhair yang diucapkan Riko.
"Ada apa?" Riko bertanya kepadaku dengan muka bingung. Sepertinya dia sedikit merasa bersalah.
"Tidak apa-apa." Aku berbohong.
"Kalau tidak apa-apa kenapa kau menagis?"
"Aku tidak menangis."
"Belum. Apa aku salah bicara?" Tanyanya lagi.
"Tidak."
"Lantas kenapa kau menangis?"
"Sudah kibilang aku tidak menangis."
"Bukan tidak menangis. Tapi belum menangis. Sekarang ceritakan padaku apa yang kau pikirkan." Awalnya aku bingung. Apa aku harus cerita masalahku padanya? Tapi mungkin sebaiknya iya. Lagian aku emang gampang curhat pada siapapun. Dan aku lihat Riko mau mendengarkan curhatku.
"Aku memikirkan Adit."
"Adit pacarmu?"
"Tentu saja. Siapa lagi yang kau pikirkan selain dia?"
"Memangnya Adit kenapa?"
"Adit mau aku putusin." Kataku datar.
"Kenapa mau diputusin?"
"Kenapa kau banyak tanya?"
"Terserah kau mau jawab atau tidak."
"Baiklah, Dia sangat cuek. Sejak dia jadi pacarku dia tidak pernah menghubungiku. Smspun tidak. Pacar macam apa itu? Selalu aku yang sms dia duluan. Dan dia selalu menjawab smsku dengan singkat. Hanya menjawab iya atau tidak. Aku benci padanya. Aku bukan orang yang bisa di cueki." Pikiranku menerawang. Ada sedikit perasaan lega. Mungkin karna aku dengan mudah menceritakan unek-uneku pada Riko. Dan dia terlihat antusias.
"Mungkin dia tipe yang aku maksutkan tadi. Cuek tapi dasarnya sayang. Hanya dia tidak tau bagaimana menunjukan rasa sayangnya."
"Kurasa tidak. Dia tidak pernah menganggapku ada. Apalagi menyayangiku." Aku menahan air mataku.
"Mengapa kau berpikiran seperti itu?"
"Karna memang seperti itu kenyataannya."
"Mungkin saja anggapanmu salah. Sebaiknya kau temui dia dan bicara baik-baik padanya."
"Riko, apa kau amnesia?"
"Tidak. Kenapa?"
"Bukannya kau sudah tau kalau Adit itu di Purwokerto, bagaimana mungkin gadis nerumur 14 tahun kurang 3 bulan sepertiku pergi sendiri ke Purwokerto hanya untuk menemui cowok? Konyol!"
"Oia, kau benar. Kalau begitu telpon dia. Jangan sampi kau menyesal."
"Tidak perlu. Aku tidak akan pernah menyesal. Aku pasti bisa dengan mudah melupakannya. Karna memang aku tidak terlalu menyayanginya."
"Kau yakin?" Dia bertanya padaku dengan serius. Aku tidak tau perasaanku benar atau tidak tapi dia terlihat senang.
"Apa kau senang?" Dia sedikit kaget karna pertanyaanku. Dan dia terlihat bingung.
"Apa aku terlihat seperti itu?" Di tanya malah balik tanya.
"Entahlah. Tapi perasaanku mengatakan kau senang melihatku menderita."
"Aku memang senang. Tapi bukan karna kau menderita."
"Lantas?"
"Aku senang karna kau akan putus." Dia terlihat canggung saat merngatakannya. Tapi aku benar-benar marah sekarang. Apa si maksudnya?
"Apa maksutmu Riko? Kenapa kau senang aku mau putus dengan Adit!!!!"
"Karna aku ingin menggantikan posisi Adit dalam hatimu. Jadi, kalo kamu udah putus, aku mau ko ngegantiin." Mataku melotot lagi. Hakan sekarang rasanya bola mataku mau mencuat dari tempatnya. Apa aku tidak salah dengar? Dia menembakku secara tidak langsung.
"Apahhhh??????"

To Be Continue....

|

0 Comments

Posting Komentar

NIDA MILLATY BLOG says ADA KO YANG TIDAK MUNGKIN. but Live is beautifuLL. So, Jangan pernah sia-siain hidup

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Copyright © 2009 Hidup untuk Bercerita All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.